WISH [A perfect sunset] – 14 A

Bunyi beradu antara sendok dan piring sedikit terdengar di ruang makan mansion keluarga Tan itu. Di salah satu sisi meja, Kyuhyun -yang kali ini mengenakan sweater berwarna khaki dan celana hitam panjang, khas seragam sekolahnya itu- tengah melancarkan serangan puppy eyes pada seluruh anggota keluarganya. Hankyung -selaku kepala keluarga- balas menghela napas dengan berat sedangkan Heechul dan Donghae kompak saling diam seraya menampilkan raut tidak suka.

“Ayolaaaaaah…. aku ‘kan hanya minta izin berangkat sekolah. Kenapa kalian semua jadi mendiamkanku seperti ini sih?” Kyuhyun terlihat kesal. Bocah enam belas tahun itu mengerucutkan bibirnya. Alih-alih menyeramkan, ia justru nampak sangat imut dan manis -tentu saja dengan mengabaikan betapa piasnya bibir dan wajah itu.

Ya, inilah masalahnya.
Maknae keluarga Tan yang baru pulang dari rumah sakit kemarin itu berencana untuk berangkat sekolah hari ini. Tentu saja keinginan itu di tolak keras oleh ibu dan kakak yang begitu protektif padanya. Berbanding terbalik dengan sang ayah yang sudah akan mengizinkan Kyuhyun berangkat, -namun tertahan karena ia dihadiahi delikan tajam dari sang istri.

“Ummaaaa….” Kyuhyun merengek. Namun sang ibu berusaha menulikan telinganya dari rengekan itu. Bukan tanpa pertimbangan Heechul melakukannya. Si maknae masih dalam kondisi yang tidak baik. Dokter bahkan meminta Kyuhyun untuk beristirahat penuh -sekalipun ia diizinkan keluar rumah sakit. Jadi, tentu saja Heechul menolak keinginan Kyuhyun.

“Hyuuuuung.” Kali ini Kyuhyun mencoba peruntungannya dengan merengek pada sang kakak.

Donghae -yang pada dasarnya tidak bisa berpaling dari rengekan adikknya itu menghela napas lelah -tanda tak kuasa. “Istirahat dulu hari ini, ya? Besok baru sekolah.”

“Tapi hari ini ada latihan untuk acara pentas seni nanti. Kyu ingin ikut tampil… ingin ikut latihan.” Memelas. Bocah itu agaknya tau betul bagaimana cara menarik simpati. “Boleh pergi ke sekolah ya?”

“Kyuhyun…” sekali lagi Donghae mencoba menahan Kyuhyun untuk tetap di rumah. Ia mengeluarkan suara bernada dingin agar Kyuhyun mendengarkan. “Besok, okay? Hari ini kau istirahat dulu. Ya?”

Kyuhyun merengut. Kesal.
Bocah itu melepaskan sendok dan garpu di tangannya. Bunyi beradunya dengan piring keramik itu menandakan jelas bahwa benda stainless itu setengah di banting. Kyuhyun mengangkat tubuhnya untuk bangkit berdiri. Meninggalkan meja makan tanpa mengucapkan apapun. Tas sekolahnya yang jatuh karena tak sengaja tertendang olehnya pun ia abaikan.

Hankyung menghela napas tak kuasa. Heechul meneteskan air matanya dan Donghae meremat erat sendoknya.
.
.
.
WISH
A PERFECT SUNSET

.

.
.

.

Enjoy

.

.

.

.

.

Sesampainya di kamar, Kyuhyun melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Menenggelamkan wajahnya diantara tumpukkan bantal. Heechul hanya menghela napas lelah menyaksikan pemandangan itu saat menyambangi kamar putranya. Perempuan paruh baya itu bisa mendengar suara tangis memilukan yang berasal dari si bungsu kesayangan.

“kau marah pada Umma?” Heechul bertanya seraya menghampiri si bungsu kesayangan.

Tak ada jawaban dari Kyuhyun. Hanya suara sesegukan yang mulai terdengar mereda saja yang tersisa.

“maaf ya, Umma egois.” Heechul tak kuasa lagi menahan air matanya. Memeluk punggung Kyuhyun yang masih belum berbalik ke arahnya. “Kyu pasti selalu merasa kesepian, kan?”

“Umma selalu melarang ini itu…” Heechul mulai sesegukan, “Kyu pasti merasa terbebani…”

“Tapi Kyukyu harus tau, Umma melakukannya karena Umma menyayangi Kyukyu.”

Kyuhyun berbalik menatap ibunya. Menyodorkan wajah basah dengan air mata. Tanpa aba-aba, Kyuhyun menerjang ibunya. Memeluk. Mendusalkan kepalanya di dada sang ibu. Heechul bisa merasakan basah yang merembes ke serat pakaiannya. Air mata Kyuhyun jatuh lagi -sang ibu tau akan hal itu. Dan air mata Kyuhyun, selalu bisa membuatnya merasa berdosa.

“Nanti… Suatu hari nanti, kalau Kyukyu sudah sembuh, Kyu boleh melakukan apapun yang Kyu inginkan.”

“janji?”

“tentu saja.” kata sang ibu seraya menghapus sisa jejak air mata di pipi putra kecilnya.

Karena pada dasarnya Kyuhyun adalah anak yang baik hati dan mudah di bujuk, suasana hati Kyuhyun pun berubah. Ia memeluk ibunya dan mengecup pipi kiri sang ibu dengan begitu tulus.
Tapi ibu dan anak itu sama-sama tau, suatu hari yang mereka bicarakan itu mungkin takkan pernah bisa mereka temui. Suatu hari yang tengah mereka bicarakan itu mungkin hanya sekedar delusi. Suatu hari yang mereka bicarakan itu mungkin hanya akan jadi sekedar harap.
Tapi tak apa…
Heechul sanggup berbohong pada putranya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan Kyuhyun berani berpura pura untuk baik-baik saja, agar tak satupun dari keluarganya yang merasa terbebani. Namun pada kenyataannya, keadaan ini memaksa keluarga kecil itu untuk berpura-pura.

“Umma menyayangi Kyukyu… sangaaaaat sayang.” Bisik Heechul lirih.
.
.
.
Sore yang indah. Matahari belum separuhnya turun. Masih menyisakan hawa panas -meski lebih teduh dari sebelumnya. Kyuhyun sedang duduk manis di halaman belakang rumahnya. Menyandarkan punggungnya di kursi malas seraya menikmati potongan buah segar yang beberapa menit lalu di sodorkan sang ibu. Pemuda enam belas tahun itu mengamati ikan-ikan koi yang saling berlarian di kolam. Meresapi dengan khidmat suara gemericik air dari air terjun mini buatan.

Pemuda enam belas tahun itu menerawang langit. Memikirkan nasibnya.
Dia terlahir sakit, ia tau itu.
Sejak kecil sang ibu benar-benar menjaganya dari apapun. Tak ada satupun di keluarganya yang menyembunyikan sakit yang ia derita –meski alasan mengenai kenapa ia terlahir sakit baru ia ketahui beberapa minggu belakangan. Dan sekarang, ia di hadapkan pada kenyataan bahwa dokter yang sejak dulu menanganinya mulai bersikap pesimistis terhadap kesembuhannya. Ia harus memulai diet ketatnya lagi. Memilah aktifitas yang tidak akan membebani fisiknya. Karena pada kenyataanya, sekarang, bukan hanya jantungnya yang rusak –tapi semuanya.

Kyuhyun masih menatap langit sambil tersenyum miris.
Sekarang apa?
Mungkin ia akan menghabiskan hari-harinya di rumah. Berdiam diri agar tubuh rusaknya tak sering collapse. Tapi bahkan, membayangkannya saja Kyuhyun tak berani.
Kyuhyun ingin bermain dan belajar sebanyak yang ia bisa. Kyuhyun ingin menikmati sisa hidupnya dengan bahagia. Bahkan jikapun akhirnya ia harus pergi, Kyuhyun hanya ingin menggoreskan banyak kenangan bahagia untuk orang orang di sekelilingnya. Tidak berdiam diri di rumah seperti saat ini.
Apakah itu… berlebihan?

“ku pikir kau masih berminat untuk tampil di festival sekolah. Tapi ku lihat kau hanya bermalas-malasan saja.” ejek suara berat itu.

Kyuhyun yang beberapa detik lalu masih asyik melamun, menoleh ke sumber suara, dan langsung mengambil posisi membungkuk hormat saat menyadari siapa orang yang baru saja menyapanya. “Yesung seonsaeng-nim, annyeong haseyo.”

Si pemilik suara berat itu -Yesung- memberikan tepukan pelan di kepala Kyuhyun. “annyeong Kyuhyun-ah. Apa kabarmu, eum?”

Kyuhyun merasa sungkan dengan tepukan lembut itu. Yang ia tau, Yesung seonsaengnim itu cukup dingin. Tapi kali ini, bisa bisanya beliau bersikap manis seperti ini.

“a-aku baik, Seonsaeng-nim.” Kyuhyun mengusap tengkuknya. “aku…tak mengerti… Maksudku… Bagaimana bisa…”

“bagaimana bisa aku ada di sini?” Yesung menyela kalimat berantakan Kyuhyun. Bersambung senyum lembut yang sungguh bukan gaya Yesung.

Kyuhyun hanya mampu mengangguk mendengar pertanyaan itu.

“Lee Donghae-ssi menjemputku. Dia bilang, adiknya yang manja sedang merengek di rumah untuk bisa latihan menyanyi dan tampil di festival sekolah.”

Kyuhyun merengut lucu saat mendengar kalimat Yesung seonsaengnim. Seingatnya ia tak pernah merengek. Hanya sedikit merajuk saja. “aku tidak pernah merengek.” kilah Kyuhyun.

“kau memang tak merengek. Hanya marah-marah tak jelas dan mendiamkan seluruh anggota keluargamu.” Yesung sukses mematahkan semua sangkalan Kyuhyun.

Kyuhyun membalasnya dengan gerutuan tak jelas. Kakaknya pasti sudah berbicara banyak dengan Yesung seonsaengnim hingga guru vocal di sekolahnya itu bisa berkata demikian.

Yesung kembali tersenyum kecil melihat tingkah Kyuhyun. Ekspresif, dan penuh semangat. Bocah enam belas tahun itu punya aura yang menyenangkan. Sayang sekali bahwa semangatnya itu harus di tekan kuat-kuat karena kondisi fisiknya yang tak mampu menuruti semangatnya.

Yesung jadi ingat saat Donghae datang ke sekolahnya tadi. Meminta waktunya untuk berbicara berdua. Yesung pikir, Donghae akan menjelaskan tentang kondisi Kyuhyun yang sudah nyaris satu bulan tidak masuk sekolah. Dan dugaan Yesung tidak sepenuhnya salah, meski pertanyaan pertama yang di lontarkan Donghae cukup membuat Yesung mengernyitkan alis.

festival sekolah… akan dilaksanakan kapan?” itulah pertanyaan pertama Donghae saat mereka saling bertatap muka.

“akhir pekan depan, Donghae-ssi. Ada apa?” sedingin-dinginnya Yesung, di tempat ini –dia adalah seorang guru. Ia tak mungkin bersikap ketus pada orang yang jelas-jelas dia kenali sebagai kakak dari murid binaannya.

“Kyuhyun –Cho Kyuhyun, adikku… ia ingin ikut serta tampil di festival itu.” Ujar Donghae ragu. Pemuda itu menyodorkan amplop berlogo rumah sakit ternama. Yesung sendiri hanya menatap amplop itu dengan setengah bingung.

“dokter melarang adikku beraktifitas berat.” Yesung bisa mendengar helaan napas penuh kegetiran dari bibir Donghae. Dan ia sungguh mengiba untuk itu. “sebenarnya, dokter Park –dokter yang menangani Kyuhyun- bahkan meminta adikku untuk tetap di rumah saja. Melepas kegiatan sekolahnya. Tapi sejak keluar rumah sakit kemarin, Kyuhyun berkeras untuk pergi ke sekolah dan ikut latihan untuk kegiatan festival. Dan aku, selalu tak mampu menolak keinginan adikku.”

Yesung mengangguk usai mendengar kalimat Donghae. Ia membuka berkas yang tadi di sodorkan wali dari siswanya itu. Surat itu memang berisi pernyataan dokter yang menegaskan bahwa Kyuhyun tidak diizinkan melakukan aktivitas berat. Di cap, juga di tandatangani oleh dokter yang bertanggung jawab atas Kyuhyun. Bahkan ada beberapa lampiran lain yang menjelaskan secara mendetail terkait hal-hal apa saja yang tidak boleh di lakukan oleh Kyuhyun.

“melalui surat keterangan dokter itu, kita sama-sama tau tentang bahaya yang akan di hadapi jika aku dan seonsaengnim berkeras dengan hal ini.”

“lalu?” Yesung menutup kembali suratnya dan menunggu jawaban Donghae. Diakui atau tidak, Kyuhyun adalah salah satu siswa binaannya yang cukup berbakat. Bahkan Yesung seringkali terbuai dengan suara halus Kyuhyun –meski ia pandai menutupinya dengan wajah datar nan dingin. Sekarang, saat keluarga Kyuhyun berkata seperti ini –lengkap dengan surat resmi dari dokter yang menyatakan tentang betapa buruknya keadaan Kyuhyun, ia jadi was-was sendiri. Ia takut Donghae akan memintanya untuk mengubur impian murid berbakatnya itu. “anda akan meminta saya untuk tidak membiarkan Kyuhyun ikut serta?”

“aku berharap bahwa aku bisa memintamu untuk melakukan itu.” Lirih Donghae. “namun aku tak ingin menjadi orang yang mengubur impian adiknya sendiri.”

Yesung mengernyitkan dahinya. Menunggu Donghae menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang apa yang ia inginkan.

“aku justru akan memintamu untuk tetap membiarkan Kyuhyun bergabung di klub.” Donghae setengah memohon. “izinkan ia tampil di festival sekolah.”

Yesung cukup lega. Namun saat matanya bersirobok dengan amplop surat kesehatan Kyuhyun, ia kembali ragu. “anda yakin?…”

Donghae terdiam. Sepuluh detik yang cukup lama. Helaan napas berat mengalun dari Donghae. Pemuda itu menatap Yesung lekat, dan berusaha keras untuk tersenyum -meski getir itu terlukis kian nyata. “aku, ingin mengabulkan semua impiannya. Aku, ingin mempersembahkan kenangan paling indah untuknya. Aku…. ingin mengenang Kyuhyun kelak dalam senyum, bukan bersama penyesalan.”

“Nim… Seonsaengnim……?” Kyuhyun menatap gurunya dengan sedikit bingung. “seonsaengnim, anda baik-baik saja?”

“eung? Oh.. Ya?” Yesung gugup, “eum… Aku baik-baik saja.” katanya kemudian.

“jadi, apa yang sedang kau lakukan, Kyuhyunnie?” Yesung mengalihkan perhatian. “sibuk?”

Kyuhyun mencebik dan menggendikkan bahu. “aku hanya…. Yah… Sedang bersantai saja.” Kyuhyun nyengir bajing kemudian sambil mempersilahkan gurunya untuk duduk. “dan tidak… Aku sama sekali tidak sibuk.”

“pemalasan…! Kau harusnya banyak berlatih meski di rumah.” kata Yesung. Ia sibuk berdecak dalam hati saat mengamati betapa mewahnya pisi mansion Tan itu.

“berlatih apa? Memangnya aku masih boleh ikut tampil? Pergi sekolah saja dilarang, apalagi ikut festival?” kesal Kyuhyun. Suaranya terdengar melirih di akhir kalimat.

“tentu saja kau boleh ikut tampil.” ujar Yesung dengan nada datarnya. “kau kira kenapa aku disini?”

“eung??? aku… Boleh ikut tampil?”

“tentu saja.”

“benarkah?” Yesung berani bersumpah bahwa dia bisa melihat dengan jelas binar bahagia di kedua bola mata anak didiknya itu.

“kenapa? Kau menolak untuk ikut?” Yesung balas bertanya pada Kyuhyun. Dan Kyuhyun menggeleng cepat.

“aku ikut.” kata Kyuhyun bersemangat. “aku sudah menyiapkan lagunya, seonsaengnim. Kau mau mendengarkan lagu pilihanku?”

Yesung memasang gestur andalannya. Meminta Kyuhyun memulai lagu pilihannya.

“tidak disini.” tolak Kyuhyun. Bocah enam belas tahun itu menarik sang guru dengan penuh semangat. “kita ke ruang perpustakaan. Disana ada sebuah piano. Kita bisa menggunakan itu untuk sekalian mengaransemen lagu pilihanku.”

Yesung setengah tidak siap saat diseret paksa oleh Kyuhyun. Namun ia tidak membentak seperti biasanya. Ia menerima saja di seret muridnya kesana kemari. Ia suka dengan semangat Kyuhyun yang begitu mencintai musik.

“aku akan mengizinkanmu berlatih dan tampil di atas panggung di festival sekolah nanti. Tapi berjanjilah untuk tidak memaksakan diri dan berhenti saat aku memintamu berhenti.” tegas Yesung diantara semangat Kyuhyun yang sedang menyeretnya ke perpustakaan.

Kyuhyun berhenti. Menoleh ke arah gurunya yang ia tarik-tarik sejak tadi. Kyuhyun terdiam agak lama sebelum akhirnya tersenyum. “baiklah. Syaratmu aku terima.”

Di balik sebuah pilar, ada dua orang yang memperhatikan interaksi guru dan murid itu dalam bisu.

“kau yang melakukannya?” si perempuan mengusap air mata di pipinya.

Si lelaki yang jauh lebih muda dari si perempuan itu hanya tersenyum tipis. “aku merindukan senyumannya.” jawaban sederhana, yang mereka tau pasti maknanya.

.

.

.

.

Keesokan harinya….

Kyuhyun sudah kembali ke sekolah. Pagi tadi ia di antar Donghae hingga ke parkiran. Tadinya Donghae berniat mengantarkan Kyuhyun hingga pintu kelas. Namun Kyuhyun keburu manyun dan marah sehingga ia mengurungkan niat. Jadi Donghae hanya mengantar hingga parkiran lalu pulang -tak lupa dengan janji manis bahwa ia akan menyuruh pak Han menjemput Kyuhyun nanti.

Ada banyak orang yang menyambut kembalinya Kyuhyun ke sekolah setelah satu bulan absen. Teman sekelasnya yang paling bersemangat. Bukan karena sumber kunci jawaban mereka telah kembali ke kelas -toh di kelas Kyuhyun ada banyak siswa pandainya. Orang-orang yang menduduki peringkat pararel satu sampai lima berada di kelasnya semua. Tapi ini lebih karena siswa siswi itu memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi. Mereka menyalami Kyuhyun, mengucapkan selamat datang kembali sambil bertanya tentang kondisi kesehatan Kyuhyun. Berhadap semoga Kyuhyun lekas sembuh. Beberapa orang dari kelas lain juga ada yang seheboh teman sekelasnya saat menyambut Kyuhyun kembali ke sekolah. Kebanyakan dari mereka adalah anggota klub musik dan para gadis yang merupakan fans Kyuhyun. Sisanya, hanya sekedar tersenyum -dan menyapa ringan. Bahkan mungkin ada yang tak acuh. Kyuhyun tak begitu peduli.

Yang lucu, ada salah satu siswi senior yang menghampiri Kyuhyun pada jam makan siang. Ia mencoba terlihat akrab bersama Kyuhyun -padahal Kyuhyun sama sekali tidak mengenalnya. Ia bahkan bertanya dengan agak detail tentang sakit yang di derita Kyuhyun. Saat Kyuhyun bertanya kenapa sunbaenya itu begitu ingin tau, seniornya itu seketika nyengir bajing sambil berujar “aku butuh data real untuk fanfiksi yang sedang ku tulis. Dan kupikir, kau narasumber terbaik yang bisa aku tanya-tanya.” Kyuhyun sukses dibuat tersenyum masam setelahnya.

Tapi intinya, nyaris seisi sekolah sekarang tau, bahwa bocah enam belas tahun yang biasanya dijadikan saingan oleh siswa-siswa pintar di sekolah, idola para gadis, dan juga merupakan juara olimpiade itu kini tengah sekarat.

.

Jam sekolah akhirnya berakhir setelah Kyuhyun menghadapi ribuan pertanyaan bernada sama hari ini. Ia merasa lelah, namun cukup senang karena bisa kembali ke sekolah. Tak ada yang lebih membahagiakan di bandingkan itu semua.

Ia menghubungi sopir pribadinya terlebih dulu sebelum melangkahkan kaki menuju parkiran, usai kegiatan sekolah juga latihan bersama klub musiknya selesai.

Dan seketika Kyuhyun merasa dè javu. Saat kakinya menjejak lapangan parkir, dan pria tua itu kembali menyapa retinannya.

“kurasa, kita harus bicara.” suara berat yang begitu Kyuhyun hafal itu sampai ke gendang telinganya.

Kyuhyun diam. Bocah enam belas tahun itu menimbang dalam hati sebelum akhirnya tersenyum -dan mengangguk sekilas. “baiklah.”

.

.

“bagaimana harabeoji tau aku sudah kembali bersekolah?” Kyuhyun bertanya dengan nada polosnya sambil menyuapkan tiramissu ke dalam mulutnya.

Kadang sikap Kyuhyun terlalu naif. Bukankah begitu?

Tuan Lee sendiri hanya diam. Memandang hot chocolate di hadapannya yang masih mengepulkan uap panas.

“Terakhir kali kita bertemu, juga di tempat ini kan?” Tanya Kyuhyun, “dan itu berakhir dengan cukup buruk.” Kyuhyun terkekeh namun tidak dengan nada yang bahagia.

Baik Kyuhyun maupun Tuan Lee sama sama mengenang kejadian beberapa bulan silam.

“Apa… harabeoji masih tetap akan membawa Hae hyung pergi jauh dariku?” Kyuhyun bertanya dengan nada suara getir. Kepalanya menunduk dalam tanpa berani menatap kakek tua lawan bicaranya itu. Belum lagi jemarinya yang mencengram erat sendoknya.

“Kau berpikir begitu??”

Kyuhyun, mengangguk pelan. “apa aku salah?”

Jeda.
Mereka diam.

“mungkin harabeoji belum tau,” Kyuhyun menjeda kalimatnya dengan helaan napas. “operasiku di batalkan.”

Tuan Lee hanya diam. Ia masih menangkup cangkir cokelat hangat miliknya.

“dengan begitu, harapan hidupku semakin kecil. Dokter bahkan memvonis macam-macam sebelum aku keluar dari rumah sakit kemarin. Jadi, aku sekarat sekarang.”

“harabeoji,” Kyuhyun menyambung kalimatnya, “sampai aku pergi dari dunia ini, jangan bawa Hae hyung jauh dariku. Aku ingin orang-orang yang ku sayangi tetap di sisiku sampai aku mati nanti.”

“ini… Permohonan terakhirku.” ucap Kyuhyun bergetar. “aku janji, ini takkan lama.

Tuan Lee bahkan sampai menatap Kyuhyun usai bocah itu mengatakan kalimat demikian.

“jadi, aku boleh membawa Hae setelah kau pergi?” Tuan Lee bertanya dengan nada datar. Ia kemudian menyesap hot cokelatnya. Sejenak memejamkan mata sambil merasakan sensasi cinnamon di minumannya.

“ya…” Kyuhyun nyaris mengucapkannya dengan mantap. Namun ketika ia akan mengucapkan kalimat itu, ia teringat Umma dan Papanya. Mereka pasti sedih jika Hae dibawa oleh Harabeoji Lee, kan?

“tapi saat membawa Hae hyung pergi, jangan membuat Umma dan Papa sedih ya, harabeoji…” pinta Kyuhyun, “bagaimanapun, setelah aku mati nanti, anak Papa dan Umma hanya tinggal Hae hyung.”

“akan ku pikirkan tentang itu.”

Kyuhyun menaruh sendok tiramisunya. Membuka notifikasi di ponselnya yang mengatakan bahwa sopir pribadinya sudah menunggu di parkiran sekolah.

“sepertinya, aku harus segera pulang.” kata Kyuhyun sambil menjejalkan kembali ponselnya ke dalam saku.

Kyuhyun bangkit dari kursinya dan membungkuk. “aku pulang dulu. Terimakasih atas makanannya. Sampai jumpa lagi, harabeoji.”

Kyuhyun berlalu kemudian.

Tuan Lee masih diam mengamati kepergian Kyuhyun. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Namun entah apa. Seperti ada sesuatu yang…. Salah.

“harabeoji,” panggil Kyuhyun. Tuan Lee setengah terkejut saat mennyadari bahwa Kyuhyun berjarak kurang dari dua meter darinya. Apa bocah itu balik lagi.

“aku punya permohonan terakhir lainnya,” kata Kyuhyun sambil tersenyum kecil. Jahil.

Tuan Lee menyipitkan matanya mendengar kalimat itu.

Tuan Lee tak pernah mempersilahkan Kyuhyun mengucapkan keinginannya. Jadi Kyuhyun berinisiatif mengatakannya.lebih dulu. “harabeoji…. Cobalah untuk menerima aku sebagai cucumu juga…”

“ini permintaan terakhirku.” kata Kyuhyun menyela, “dan aku janji, tidak akan menjadi cucu yang bisa membuatmu malu.”

“Kyuhyun… Kau tau…,” Tuan Lee menjeda kalimatnya, “kenapa kau punya begitu banyak permintaan terakhir?”

Kyuhyun tersenyum. Sebaris senyum yang mampu membuat hati Tuan Lee terasa hangat.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN….
*maapin yaa telat*
Ini udah maksimals banget loh yaaa…
Maapin kalau aku jarang update ff.
Pas sebelum lebaran mau garap ff gak sempet… Kepotong silaturahim sana sini… Hajatan… Pas udah beres hajatan, mulai kerja… Disambung akunya batuk pilek mareuhmeuh terus banyak tugas kantor…. Jadinya berasa sibuks bingiiits… 🙏

Oiya… Aku liat berita berseliweran beberapa hari terakhir… Ada SongSong couple… Comeback EXO, sampe celana Yunho yang *you know lah*, Tapi gak ada yang sebaper liat Leeteuk nangis gegara member SJ tampilnya cuma berempat.
Gak… Aku gak patah hati liat SONGSONG Couple. GAK baper liat temlen yang mempertanyakan apakah TVXQ bakal dateng ke kawinannya Yoochun apa kagak. Tapi langsung nyesek pas liat ajussi kesayangan yang biasanya rame rame tetiba cuma seuprit. Rasanya hati aku kayak ibu yang anak anak gadisnya dibawa pergi suaminya pasca menikah. Pahit.
Tapi ya… Sudahlah… Mohon bersabar… Ini ujian….

Ada berita tentang Kyuhyun dari program wamilnya? /aku jarang cek fanacc/

Last, Maapkan a/n nya lebih panjang daripada storynya.

Tebak tebak buah manggis. Ini sad end apa happy end, hayooooo 😁

35 thoughts on “WISH [A perfect sunset] – 14 A

Kotak Review